Sunday, May 10, 2015

PENDHAPA 17 : SEBUAH ANTOLOGI PUISI

Ini adalah buku antologi puisi pertama saya (ber-ISBN) dan pertama kalinya saya membaca puisi di hadapan banyak orang, apalagi di hadapan para penyair hebat. Ini terjadi pada malam hari tanggal 24 April 2015 pada hari Jum'at.
Buku dokumentasi Taman Budaya awa Tengah ini berisi kumpulan puisi yang ditulis oleh 11 penulis.

Friday, May 8, 2015

REVIEW : LELAKI TUA DAN LAUT (ERNEST HEMINGWAY)




PERJUANGAN TAKKAN PERNAH SIA-SIA

 Judul               : Lelaki Tua dan Laut
Jenis Buku       : Fiksi – Novel
Pengarang       : Ernest Hemingway
ISBN               : 978-602-290-028-3
Tahun terbit     : Cetakan Pertama, Februari 2015
Tebal               : 140 Halaman
Penerbit           : Serambi

            Perjuangan hidup, bagaimanapun beratnya dan bahkan terlihat sia-sia ternyata memiliki dampak yang tak akan pernah bisa dikatakan kecil atau  sia-sia. Siapapun pelakunya, bahkan seorang yang sudah tua sekalipun, tidak ada kata terlambat untuk mengawali sebuah hal meski seseorang sudah tidak muda lagi.
            Sekecil apapun hal yang diperjuangkan itu dan sesederhana apapun bagi seseorang, bisa jadi itu adalah hal yang luar biasa yang membuat decak kagum banyak orang.
            Perjuangan yang sederhana namun tidak sia-sia dan membuat banyak orang terkagum seperti itu telah terangkai dengan luar biasa oleh Ernest Hemingway dalam novel Lelaki Tua dan Laut. Karenanya novel perjuangan sederhana ini layak mendapatkan nobel sastra.
            Kisah berawal dari seorang nelayan tua di Kuba yang sudah selama delapan puluh empat hari tidak pernah mendapatkan ikan. Dia seakan hanya berteman dengan seorang anak kecil karena dia selalu didatangi anak kecil di gubuknya yang sederhana, dan dia hanya berkomunikasi dengan seorang anak kecil itu,
            Pada hari selanjutnya dia tetap berlayar di tengah lautan tanpa pernah merasa putus asa meski sudah selama delapan puluh empat hari tidak mendapatkan ikan, tidak seperti nelayan lain di sekitarnya. Sendirian dengan perahu kecilnya di lautan lepas, kadang merasa kesepian dan membutuhkan anak kecil temannya.
            Pada hari berikutnya umpan kail yang dipasang mendapat hasil. Namun dia tidak kuat mengangkat kailnya, bersusah payah dia melawan ikan yang terkait kail namun sia-sia, ikan tak dapat diangkat, hanya mata kail terus tersangkut di mulut ikan. Dia mengalah, kail terus ditarik ikan kemanapun ikan itu berenang. Kadang ikan itu menarik dan melompat ke atas air, dan terlihat ternyata ikan itu sangat besar, lebih besar dari perahunya. Ikan Marlin yang besar.
            Lelaki tua tidak pernah menyerah, meskipun terluka karena berjuang mendapatkan ikan itu, karena baginya luka bukanlah sebuah masalah bagi seorang lelaki.
            Lelaki tua terus berusaha mendapatkan itkan itu, menunggu hingga ikan lelah dan di saat kelelahan ikan itu, saatnya dia beraksi menarik ikan ke dekat perahu. Menghabiskan hari dan malam, apa yang dinantikannya terwujud, ikan itu kelelahan dan lelaki tua perlahan dapat menarik ikan merapat ke perahunya. Namun ternyata ikan itu masih punya tenaga, hingga lelaki tua kewalahan.
            Lelaki tua itu tidak berpikir lebih lagi untuk mengalahkan ikan, dia menusukkan seruit pada tubuh ikan dan ikan itu menyerah. Lelaki tua mengikatkan tubuh ikan di perahunya. Karena tidak bisa dimasukkan ke perahu, jadi tubuh ikan tetap terikat di samping perahu dan berlayar kembali ke rumah.
            Masalah belum selesai karena darah ikan bekas tusukan seruit itu mengundang seekor hiu untuk mendekat. Tentu saja lelaki tua itu berusaha keras agar ikan tangkapannya tidak direbut oleh hiu, seruit dia tusukkan keras ke kepala hiu, namun seruit itu patah tertinggal di kepala hiu. Dia berhasil mengalahkan seekor hiu, tetapi sedikit tubuh ikan tangkapannya telah terkoyak.
            Setelah itu dia sadar bahwa hiu yang lain bisa jadi sedang bergerak mengejar ikan tangkapannya. Tidak salah, tak lama setelahnya ikan-ikan hiu berebutan mengoyak ikan yang ditangkap, dengan tenaga yang tersisa dan tanpa senjatanya yaitu seruit, dia terus berusaha menghalau hiu-hiu itu. Hanya ada dayung di sana, dan dipakailah dayung itu dengan cara memukulkan pada tubuh-tubuh hiu. Perlahan, usahanya berhasil sebelum dia sampai ke tepian.
            Malam hari dia sampai di pantai dekat rumahnya dengan tubuh yang sangat lelah. Dia langsung menuju rumah dan seketika tertidur di ranjang yang sederhana.
            Pagi hari riuh di pantai orang-orang membicarakan betapa besar ikan yang terikat di perahu orang tua itu. Gerangan ikan apa yang ditangkap lelaki tua itu? Ikan yang jika masih utuh pasti sangat besar, lebih besar dari tangkapan mereka selama ini. Namun ikan hasil tangkapan lelaki tua yang masih terikat di perahunya hanya tinggal kepala dan tulang-tulangnya saja, karena telah dihabiskan oleh hiu.
            Disaat orang-orang dan para pendatang sibuk berdecak kagum dengan hasil tangkapan dan perjuangannya menghalau hiu, lelaki tua itu masih tertidur di rumahnya. Teman kecilnya membuatkan minuman hangat.
            Novel dengan halaman hanya berkisar seratusan lembar ini telah membuat banyak orang pembaca berdecak kagum dengan gaya kepenulisan Hemingway.
            Lelaki tua dan laut telah banyak difilmkan dan telah banyak memberi inspirasi banyak orang bahwa perjuangan itu, bagaimanapun bentuknya adalah sebuah nilai lebih dalam hidup. Karena seperti yang dituliskan Hemingway bahwa manusia memang bisa dihancurkan, namun manusia tidak pernah bisa ditaklukkan.
            Novel yang berhasil mendapat hadiah Pulitzer pada tahun 1953 untuk kategori fiksi dan Award of Merit Medal for Novel dari American Academy of Letters ini yang menjadikan Ernest Hemingway mendapatkan Nobel sastra.
            Telah diuraikan bahwa perjuangan yang pantang menyerah dalam mencapai tujuan telah membuat banya pembaca belajar bahwa ketabahan, kegigihan dan kesabaran dalam menghadapi ujian dalam hidup tidak pernah menjadi sia-sia.

Penulis Resensi : Danang Febriansyah