Sunday, September 20, 2015

REVIEW : 8/19 (8 BUKU 19 HARI) (SEBUAH REVIEW BEBERAPA BUKU)

Amanah yang diberikan Oleh Divapress saat mengikuti #KampusFiksi terus aku tunaikan sejak kepulanganku. Memang tidak ada keharusan ketika Divapress memberikan secara cuma-Cuma 56 buku berbagai tema (2 buku diantaranya berupa 1 judul) untuk mengkhatamkan seluruh buku tersebut. Tapi karena kegemaranku dalam membaca, satu persatu buku kulibas mulai tanggal 1 hingga 19 Agustus dengan mengkhatamkan 8 buku.
Ketika buku itu sampai ke rumah, kubuka kardusnya dan dengan mata yang berbinar-binar aku pegang satu-persatu buku. Bapakku yang memiliki jiwa wirausaha karena berjualan buku, dan usaha tersebut kuteruskan bertanya harga perbuku dan berkata dijual saja setelah dibaca. Oh tidak bisa, begitu kujawab. Aku penyanyang buku, tidak bisa menjual buku-buku ini. Koleksi buku perpustakaan yang kudirikan sekitar 10 tahun ini akan bertambah. Aku abaikan perintah bapakku itu. Ini buku kenang-kenangan dari DivaPresss. Ini amanah. Tak boleh dijual. Not for sale! Titik.

1. SILABUS MENULIS FIKSI DAN NON FIKSI, Edi Akhiles

Buku ini tidak dijual. Buku ini benar-benar free meskipun tidak mengikuti #KampusFiksi. Ini bagiku sebagai tanda cinta sang penulis, Edi Akhiles pada dunia kepenulisan. Sejatinya Silabus Menulis Fiksi dan Nonfiksi adalah panduan atau kurikulum di #KampusFiksi yang bebas dicopy dan dihibahkan ke berbagai kalangan.
Silabus Menulis Fiksi dan Nonfiksi merupakan panduan praktis belajar menulis yang secara runtut menguraikan dari A sampai Z tentang pernak pernik ilmu menulis. Tentang permasalahan ketika menulis, tentang mengelola konflik cerita, dan segala hal yang mengitarinya.
Seperti tentang logika dalam alur cerita. Cerita tidak melulu dialog atau melulu narasi. Kombinasi keduanya harus proporsional (hal 12). Jangan mengulangi narasi ke dalam bentuk dialog atau sebaliknya. Kemudian tentang ending, mau bagaimanapun model ending yang kamu inginkan, buatlah ending yang menyentak (hal 21)
Dalam buku ini juga diuraikan tips-tips yang praktis untuk menulis, seperti memberikan suspensi atau kejuta. Di sini diuraikan tips-tips membuat kejutan, juga bagaimana mengeksplorasi setting dan yang tak kalah penting dalam menulis adalah : Jangan jadi ustadz.
Buku ini cukup ringan dan mudah dipahami namun kualitasnya tetap terjaga dengan baik, karena penulisnya telah berpengalaman dalam dunia kepenulisan dan seorang yang dimasukkan dalam Sastrawan angkatan 2000.

2. NGANU, Edi Akhiles

Dari judulnya, Nganu memang menyisakan pertanyaan. Nganu, apaan? Apaan Nganu? Dan lain sebagainya. Nganu yang ditulis Edi Akhiles ini berkisah tentang kehidupan sehari-hari yang sebenarnya ada pesan moral dari yang kita alami hari demi hari itu.
Contohnya saja, pernah kita berbeda dalam cara pandang dengan teman kita ketika melihat cewek sexy melintas, misalnya (hal 13). Kita yang beda otak beda pikiran tentu berbeda cara pandang dan memang begitulah, setiap kita memiliki sudut pandang yang berbeda.
Tentang yang lebih sederhana, dehem (hal 19). Dehem yang biasa ketika pikiran kita buruk akan menganggap orang yang berdehem itu menghina kita. Bukankah bisa saja dia memang sakit tenggorokan?
Tentang fenomena Kimcil? Nganu membahasnya dengan menohok. Juga bahwa kita kadang perlu berpura-pura dalam berhubungan dengan seseorang demi sebuah harmoni.
Hal-hal yang tidak kita pikirkan sebelumnya, ditulis secara unik dan menyentil dalam Nganu ini. Ini merupakan seri buku Popcorn Kehidupan Sehari-hari yang menertawakan ulah diri kita, dan ulah hidup kita yang mampu menyegarkan pikiran kita untuk bertindak lebih baik lagi.

3. SENJA YANG MENDADAK BISU, Lugina W.G, dkk

Senja yang Mendadak Bisu adalah kumpulan cerpen ulang tahun #KampusFiksi. Dengan tema lokalitas-inspiratif, kumcer ini mampu membuat pembacanya melanglang dari satu tempat ke tempat lain dan merasakan budaya di daerah tersebut.
Senja yang Mendadak Bisu adalah judul salah satu cerpen yang ditulis Lugina W.G dalam buku ini (hal 192) dengan setting budaya Sunda tentang bagaimana usaha seorang yang menjaga alamnya dari para pengembang. Pesan moral dalam cerpen ini adalah bahwa alam seharusnya diletarikan, bukan dibabat demi sebuah kepentingan, demi kemajuan atau apapun alasannya.
Suku Samin, atau sebenarnya adalah sebuah komunitas di Blora Jawa Tengah dikupas salah satu budayanya dalam Battle Tirakat oleh Shoma Noor Fadhillah (hal 9). Tentang bagaimana Suku Samin hidup dalam lingkupnya sendiri, bagaimana kalau salah seorang warganya mengenal dunia luar, kampus misalnya.
Banyak budaya dari daerah lain yang tergambar dari kumpulan cerpen ini selain dua budaya di atas. Dari buku ini pembaca jadi mengenal daerah lain dari Indonesia.

4. TRIO (LEBIH) MACAN, Edi Akhiles

Membaca judulnya tentu menarik. Tapi jangan berkhayal bagaimana Trio Macan itu bergoyang. Tidak ada sama sekali kisah itu dalam buku ini. Trio (Lebih) Macan (hal 79) ini lebih dari sekedar itu. Ini adalah tentang sesuatu yang ketiga-tiganya pernah kita rasakan karena trio ini ada dalam diri kita.
Seri Popcorn Kehidupan sehari-hari ini selalu membuat kita bercermin tentang yang pernah kita lakukan. Seperti biasa, Edi Akhiles menulisnya dengan gaya gokil, nyentil dan menohok menyadarkan kita. Seperti budaya sarung (hal 21) yang bagi sebagian orang sarung melambangkan keislamannya. Tapi benarkah begitu?
Hidup itu harus berusaha dan berjuang, seperti Lik Man yang dengan usaha kerasnya mendirikan sirkuit Le Mans (hal 65). Jangan telan mentah-mentah apa yang dikatakan alias jangan percaya sepenuhnya pada penulis tentang sejarah Le Mans ini. Tapi ambil sarinya, jangan mudah putus asa.
Membaca Kurang Kerjaan Banget Sih Tuhan ya? (hal 221) tentu sebagian langsung marah, benci dan menganggap tulisan ini atheis banget. Tapi tunggu, baca hingga akhir dan maknai. Tentu ini memang benar-benar yang pernah kita lakukan sepanjang hari.
Lalu, kalau yang ditulis dalam buku ini adalah cerminan hidup kita sepanjang hari yang tahu bahwa yang kita jalankan itu buruk, mengapa terus kita lakukan?

5. RENTAK KUDA MANGGANI, Zelfeni Wimra, dkk

Rentak Kuda Manggani adalah buku antologi cerpen dari lomba menusli cerpen Bangun Cinta – Aku mengikuti lomba ini tapi tidak masuk nominasi :-D Kumcer ini memiliki benang merah yaitu cinta. Cinta dalam berbagai bentuk dan waktu. Cinta dalam berbagai tempat dan usia. Cinta yang abadi, yang terbangun sejak usia muda hingga renta.
Seperti Love, Halley and War yang ditulis Ade Ferdiansyah (hal 53), cinta yang  berawal di tahun 1910 saat komet Halley menampakkan diri, saat perang dunia sedang berkecamuk. Lalu sepasang kekasih itu harus terpisah karena keadaan, namun terikat janji untuk mendatangi tempat yang sama saat komet Halley kembali menampakkan diri 76 tahun kemudian. Namun saat komet Halley kembali terlihat pada tahun 1986, sang pria yang merupakan bekas prajurit hanya sendiri, karena sang kekasih telah mewakilkan cucunya untuk janji yang telah dibuat.
Rentak Kuda Manggani (hal 35), cerpen yang ditulis Zelfeni Wimra ini berlatar belang budaya Sumatera, demi sebuah kehidupan seseorang harus merantau meninggalkan istrinya. Namun hal itu dipandang lain oleh keluarga sang istri. Hingga suatu saat sang pria harus kembali saat senja telah mendatangi usianya.
Selain itu masih banyak lagi cerpen-cerpen berkualitas yang berdasar pada kisah cinta yang tidak murahan. Kumpulan cerpen ini sebagian besar menghadirkan ending yang menyentak. Ending yang “tak selesai” yang membuat geregetan pembacanya, karena diberi tugas untuk menyelesaikan sendiri kisah-kisah tersebut.

6. SUPERSTAR UDIN, Mahfuzh Amin

Superstar Udin adalah sebuah kisah remaja yang memiliki setting sekolah. Yang bercerita dari awal MOS hingga lulus sekolah diselingi intrik-intrik remaja, semacam cinta, persahabatan dan UN. Jika mengamati, nama-nama tokoh di novel ini unik yang berisi singkatan dari nama panjang, seperti Udin singkatan dari Umar Dimansyah Irwaningrum Namayoga atau Maryamtul Sa’idah Ananda yang disingkat marsanda.
Novel ini teenlit yang “nggak masuk akal” dan terkesan berlebihan dalam menjelaskan “kelebihan” tokoh utama. Tokoh utama digambarkan anti mainstream yang biasanya keren, putih, tinggi, dan cakep. Tokoh Udin memiliki gigi mancung. Namun selalu digambarkan bahwa giginya mampu menyilaukan seluruh sekolah yang mengakibatkan seluruh siswa harus memakai kacamata hitam.
Namun keanehan itu sedikit tertutupi dengan ringannya membaca novel kocak ini. Dari awal pembaca disuguhi cerita-cerita kocak Udin, mulai saat perkenalan MOS hingga saat menjadi pengurus OSIS sampai lulus. Diselingi dengan konflik cinta segitiga antara Marsanda, Masayu dan Udin.
Novel yang ditulis Mahfuzh Amin ini merupakan novel hiburan yang nyaman dibaca dan ringan tanpa memikirkan maknanya. Lupakan kejanggalan kisahnya dan tertawalah mengikuti alur ceritanya.

7. RICH MOM, Yuni Oktavia

Rich Mom yang ditulis Yuni Oktavia adalah buku panduan memulai bisnis bagi ibu rumah tangga. Bahwa tanpa meninggalkan rumah, ibu atau istri dapat menambah penghasilan dengan modal yang kecil namun laba maksimal.
Buku ini menjawab segala pertanyaan tentang bisnis apa yang bisa dijalankan oleh ibu rumah tangga. Selain memaparkan tips berbisnis, juga dipaparkan segala jenis bisnis yang bisa dijalankan dari rumah. Sepertti menjadi Mompreneur, bisnis makanan dan minuman, bisnis camilan, bisnis jasa dan bisnis ritel dijelaskan secara rinci mulai prospek usaha, cara menjalankan, jenis-jenis bisnisnya hingga permodalan dan rincian anggaran dan laba yang didapat.
Buku ini bisa menginspirasi bagi ibu rumah tangga untuk memulai usaha dengan mudah.

8. SANG PENGUJI HATI, Yuyun Permanasari Utami

Yuyun Permanasari Utami menulis novel islami dengan setting sebuah kampus di Malang. Novel ini merupakan sebuah perjalanan seorang gadis yang akhirnya berjilbab. Alur dari cerita ini cukup bisa diikuti dan disertai konflik yang menguras hati.
Terbungkus dengan nuansa-nuansa islami seperti masjid dan sejenisnya termasuk semacam majelis taklim Ta-Qiya, novel ini seakan membuka mata bagaimana islam memandang sebuah hubungan cinta.
Aku sendiri kurang setuju dengan pendapat bahwa berjilbab itu hati dulu baru menutup aurot dalam novel ini. Seperti penampilan tidak menjamin seseorang terlihat baik di hadapan Allah (hal 99) dan menutup aurot, hanyalah penyempurna agama bagi seorang muslim (hal 100), dalam hal ini adalah muslimah. Padahal jelas diterangkan bahwa menutup aurot itu wajib dan telah disahkan dalam Qur’an dan Hadits, tidak mengatakan hati dulu baru luarnya. Jilbab bukan hanya sebagai penyempurna.
Selain itu cerita ini terlihat klise dengan pertemuan Kinsya dan Gilbran dimulai dengan tabrakan di perpustakaan yang menjadi pandangan pertama mereka. Juga agak ganjil saat Kinsya tidak mau menggunakan HP tapi setia dengan teknologi lain yaitu iPod untuk mendengarkan ayat Qur’an. Selain itu agak berlebihan kiranya ketika Kinsya jatuh cinta dengan suara adzan. Tapi itu mungkin bisa saja terjadi tapi nampak seperti kebetulan. Sedang kebetulan dalam cerita adalah sesuatu yang banyak dihindari oleh banyak penulis.
Di samping itu, masih banyak terdapat kesalahan editing dan banyaknya ucapan salam di tiap lembar. Terlepas dari itu semua, Sang Penguji Hati seharusnya mampu menginspirasi agar bisa lebih baik lagi dalam menjalani hidup.

#KAMPUSFIKSI 13 (3, HABIS) : Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri Jogja



Hari Sabtu 29 Agustus 2015 sampai dengan Minggu, 30 Agustus 2015 #KampusFiksi penuh dengan kegiatan pencarian dan penggalian serta pelatihan juga pengasahan ilmu tentang kepenulisan. Mulai dari tips menulis hingga keredaksian. Mulai dari EYD hingga marketing. Semua dikupas, dibedah, dibahas dalam gedung #KampusFiksi yang megah ini.
Diawali sejak pagi nan ceria, mentor Nisrina Lubis menelanjangi para peserta agar mengungkapkan apa passion penulisannya dan tema apa yang menjadi kegemarannya. Lalu ditulislah oleh semua peserta sebuah tema yang nanti siang akan dieksekusi dalam sebuah cerpen.
Dilanjutkan oleh Rektor #KampusFiksi, Edi Akhiles – yang sebelumnya saya menduga tentang nama Akhiles ini adalah salah satu nama dalam tokoh film favoritku sampai saat ini yaitu film Troy, dimana tokoh Akhiles diperankan oleh Brad Pit, yang menginspirasi terciptanya kuda Troy dalam strategi perang Yunani. Ternyata dugaanku ini nyaris menemui kebenaran ketika membaca salah satu bukunya yang memberikan dalil dari kisah film Troy.
Pak Edi memberikan pencerahan tentang dasar-dasar kepenulisan yang detail, seperti :
  1. Pengetahuan seorang penulis itu harus luber sebelum memulai tulisan, hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan data yang mengakibatkan tulisan nampak dangkal
  2. Menulis itu membutuhkan imajinasi, bukan sekedar khayalan. Beda imajinasi dan khayalan adalah kalau imajinasi itu membuat dunia imajiner menjadi terlihat nyata. Contohnya, dunia fiktif Harry Potter, begitu nampak nyata meski itu tidak pernah ada.
  3. Menulis fiksi itu harus ditopang dengan teknik, imajinasi dan estetika kepenulisan.
Itu tiga diantara banyak ilmu tingkat tinggi yang dibeberkan dalam #KampusFiksi ini hingga mencapai klimaks dan membuat ending yang hot dan menggelora. (Opoo kuwi?)
Penjelajahan ilmu-ilmu menulis dilanjutkan oleh kru #KampusFiksi dan DivaPress yang kami panggil dengan Mbak Najjah, beliau ini membeberkan tentang follow up setelah kita selesai menulis, yaitu self editing atau mengedit sendiri tulisan yang telah kita buat. Apa saja yang harus diedit. Yang dilanjutkan dengan menulis cerpen dengan waktu maksimal 3 jam dengan tema yang tadi telah peserta utarakan diawal waktu.
Malam menjelang. Peserta yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok dikumpulkan oleh mentor masing-masing kelompok. Salah satu mentor adalah Pratiwi Utami yang biasa kita sebut Mbak Tiwi mengevaluasi kelompokku yang berisi, Bening, Amin Sahri, Devi dan Fariha. Di sini kembali ku pungut ilmu tentang tata bahasa bahwa kata tanya dalam kalimat iutu tidak perlu dipakai. Misalnya : Entah siapa, entah apa. Entah itu masuk dalam kata tanya, jadi dibuang saja jika terdapat dalam kalimat. Kemudian penulisan judul buku menggunakan font italic. Dan beberapa ilmu tata bahasa Indonesia yang lainnya.
Malam mulai larut, pertemuan hari pertama diakhiri dengan comedi show, eh bukan ding, stand up comedi? Bukan juga, tapi curhatan kesuksesan para alumni #KampusFiksi terdahulu yang sudah mengerami naskah-naskahnya dengan baik.
Hari kedua pagi-pagi  kegiatan diawali oleh Mbak Munal yang mengupas tuntas tentang keredaksian. Perempuan lincah ini memberitahu bagaimana ketentuan naskah yang diterima oleh penerbit Divapress itu dan bagaimana tata letak pengetikan dan pengirimannya.
  1. Tentang naskah fiksi harus disertai dengan sinopsis yang terpisah dari file draft naskah.
  2. Naskah sastra sebanyak 250 – 400 halaman A4, naskah teenlit 120 – 180 halaman A4.
  3. Margin 4-4-3-3, spasi 2, font TNR 12.
  4. Naskah nonfiksi disertai daftar isi, keunggulan naskah dengan banyak halaman 150 – 250 A4.
  5. Naskah anak sebanyak 50 halaman A4.
  6. Untuk naskah-naskah tersebut bisa dikirim melalui pos atau email.
Selain itu juga dibahas tentang sistem kontrak dan royalti untuk penulis. Penerbit Divapress juga menerima naskah resensi buku Divapress yang dimuat di media massa. Penulis resensi akan mendapat reward dari Divapress, yaitu bukan umroh gratis atau naik haji. :-D
Selanjutnya dengan diselingi ngopi dan ngemil, pelajaran dilanjutkan tentang kurikulum Marketing oleh tim marketing Divapress yang sudah berpengalaman menjadi marketing di Trans media. Beliau, Mas Indra Gunawan mengutarakan bermacam-macam teknik marketing, mulai yang umum sampai rahasia.
Setelah itu datanglah bintang tamu keren, gokil dan sang pengamal puasa Daud yaitu Bang Joni Ariadinata mengisi ruang kelas dengan begitu super hingga tak ada satu catatan pun yang mampu kutulis. Bukan karena tidak ada, tapi karena pesan yang kutangkap dalam ceritanya begitu banyak dan padat. Beliau bicara out of the box. Beliau bercerita, namun di dalam cerita itu banyak pesan yang disisipkan, mulai tentang tips menulis sampai pesan moral.
Satu yang selalu kuingat dan bahasanya kuolah sendiri adalah bahwa menulis yang mencerahkan itu tidak harus menjadi “ustadz” dengan berbagai macam dalil yang “ndakik-ndakik”. Atau untuk mengajak orang menjauhi maksiat tidak harus menjadi ustadz yang kini menjamur berlabel ustadz artis. Mana bisa? Bisa saja. Contoh cerpen bang Joni yang menjadi karya terbaik Kompas yang menceritakan sebuah kamar di sebuah lokalisasi dengan begitu detail. Tulisan itu hanya menceritakan sebuah kamar dengan segala yang ada di dalamnya yang jika dirasa begitu “menjijikkan”. Hal itu membuat salah seorang yang hobi memasuki kamar itu untuk melepas hasratnya menjadi enggan dan menjauh dari tempat tersebut.
Semester terakhir dari kuliah ini diakhiri dengan pelajaran yang saya sebut sebagai jurus pamungkas oleh editor Divapress, Mbak Rina. Sehabis itu, foto-foto, penerimaan ijazah dan souvenir plus oleh-oleh berupa 56 buku gratis dari Divapress.
Banyak yang bilang, ada pertemuan pasti ada perpisahan. Namun perpisahan di sini tidak diisi dengan banjir air mata, tapi banjir tawa, karena ditampilkan candid camera dengan wajah-wajah lucu dan pose-pose seronok (Hah? Ngapusi) para peserta #KampusFiksi.
Peserta kemudian ada yang langsung pulang kembali ke belantara dunia masing-masing ada yang menunggu hingga esok tiba. Bersama Iken Widya, Riza Chanifa dan suaminya, aku diantar kru Divapress, Mas Kiki menuju stasiun Tugu pagi harinya. Kami menuju solo dengan menguasai 1 gerbong penuh setelah berjalan tertatih-tatih dan terseok-seok memutari Stasiun Tugu karena salah loket.

I will miss u #KampusFiksi, I’ll miss u Jogja...

Wednesday, September 16, 2015

LIRIK LAGU DAN CHORD GITAR PUISI UNTUK RERI

Puisi yang kutulis sebagai ungkapan sayang untuk anakku beserta chord gitar dari Mas Yuditeha (Penulis novel Komodo Inside)
Puisi ini diterbitkan dalam buku Antologi Puisi "Pendhapa 17 : Jendela dari Koloni" yang diterbitkan oleh Taman Budaya jawa Tengah, Mei 2015

MUSIKALISASI PUISI UNTUK RERI



Musikalisasi Puisi
Judul : DI SINI BUAT KAMU
Penulis : Danang Febriansyah
Musik : Yuditeha
Lagu : Yuditeha

Wednesday, September 2, 2015

#KAMPUSFIKSI 13 (2) : Fil Ma’had #KampusFiksi


Waktu terus berlalu meninggalkan aroma gudeg di Stasiun Tugu. Aku telah duduk di pesantren/boarding school/ma’had #KampusFiksi menikmati sedapnya cita rasa nasi goreng dengan porsi mblenger bersama peserta lain.
Saat itu telah hadir lebih dulu, Maulida Azizah dari Kalimantan, Khusnul Khotimah dari Lombok, NTB, Ginanjar Teguh Iman, Shasmita yang datang diantar ayahnya yang supel dari Malang, juga Iken Widya dari Salatiga yang seorang bankir dan Hidayatur Riyana (mungkin Rihana penyanyi internasional itu nama panjangnya juga Hidayatur Rihana. #Dipaspasin). Mereka, beberapa diantaranya adalah seorang penulis yang telah memiliki karya.
Lalu seiring waktu berjalan, satu persatu peserta lain menyusul hadir, dari Madura Aswari dan si mungil Nur 1 / Mila, serta dari beberapa daerah lain yang masih kuliah di Jogja seperti Patrio dari Toraja (kelak kami tahu budaya Toraja yang wow dan misterius darinya). Juga Bening Ika (aku sudah kenal sebelumnya karena sama-sama anggota FLP Solo) dan Amin Sahri seorang pedagang buku online (makanya dia wawasannya luas) dari Cilacap. Riza Chanifa yang datang bersama suaminya dari Mojokerto, ibu guru Rialita dari Jombang. Serta Munawir, Devy, Farihatun Nafiah, Nur 2 dan Nur 3 (ternyata dia –anggaplah tetangga desaku – berasal dari Sampung Ponorogo. Perbatasan desanya adalah desaku). Sampai genaplah 25 peserta (sebenarnya 24, peserta dari Tangerang mengundurkan diri). Mereka datang tepat sebelum batas waktu yang ditentukan.
Lalu betapa riuhnya 25 orang disatukan dalam sebuah gedung yang tidak terlalu besar namun bersih dan nyaman ditambah beberapa panitia (dan sehari setelahnya datanglah puluhan alumni #KampusFiksi yang telah sukses). Saling bercerita tentang daerahnya atau sekedar sharing tentang kepenulisan, atau hanya ngerumpi tentang K-Pop atau artis.

Tentang Keangkeran Old Trafford di #Kampus Fiksi
Nah, sampai di sinilah aku makin tahun bahwa Rektor #KampusFiksi adalah seorang Manchunian akut. Seperti halnya aku (tapi aku biasa aja, tidak parah-parah banget menggilai Manchester United). Pak Edi, sang rektor itu membuat gedung #KampusFiksi bak stadion Old Trafford, kandang MU yang angker bagi tim lawan, khususnya Liverpool. Keangkeran “Old Trafford” ini terbukti bagi Liverpool saat salah seorang peserta penggemar Liverpool tidak berani mengenakan jersey kesayangannya di gedung ini, hanya berani mengeluarkan handuknya yang bergambar logo Liverpool. Handuk yang dijemur itu berkali-kali jatuh dari jemuran Stadion ini.
Kedua, saat H-1 pelaksanaan #KampusFiksi ini terjadi pertandingan MU vs Swansea dan MU kalah 1-2, fans Liverpool dan Chelsea yang akan bertanding kemudian akan berteriak, “Sukurin!” Maka karma akan segera terjadi tidak lama lagi, dari gedung ini doa Manchunian terkabul. Chelsea kalah 1-2 melawan Crystal Palace dan Liverpool lebih telak lagi, dihajar Westham 0-3.
Nah, betapa angkernya Old Trafford van Bantul ini? Ini tempat yang mustajab (?)

Budaya Indonesia yang Luar Biasa
Salah satu yang menarik di #KampusFiksi adalah cerita-cerita lokalitas pesertanya. Salah satunya tentang adat di Toraja dalam upacara kematian/pemakaman. Memang, sering diberitakan di TV akan kekayaan adat di Toraja, tapi feel-nya baru terasa ketika yang bercerita adalah penduduk Toraja asli, yaitu kawan kami, Patrio Tandiangga. Untuk melakukan upacara pemakaman, warga Toraja asli (belum tersentuh peradaban modern) akan menghabiskan dana lebih dari 100 juta. Kenapa? Karena harus menggunakan kerbau belang + 100 kerbau lain. Harga 1 kerbau belang adalah 100 juta, belum kerbau yang lain. Fantastis!
Toraja makin misterius dengan hidupnya moyang mereka yang telah meninggal dunia. Jenazah-jenazah yang telah dimakamkan dalam goa-goa di gunung (seperti yang diinformasikan di TV) sewaktu-waktu bisa berjalan dengan sendirinya dengan rambut dan kuku yang masih terus tumbuh. (Ah nggak berani nerusin cerita ini. Ngeri).
Pindah pulau ke Lombok, ini yang ringan-ringan saja. Setiap bertemu dengan orang, penduduk di sana memiliki sapaan yang khas, “Mari makan.” Lha bukannya menyapa apa kabar atau yang lain, malah ngajakin makan. Itulah budaya, itulah adat, nggak perlu diperdebatkan. Kita itu kaya, jangan merasa lebih baik dari yang lain. (Halah, ngomong apa ini?).
Oh ya, tentang Lombok ini, selama ini aku telah disesatkan dan penuh bid'ah dari pemikiranku sendiri. Bahwa kata Lombok itu berasal dari cabe yang pedas itu, ternyata bukan. Lomok berasal dari lombo yang berarti lurus. Nah, so pesan moralnya, jangan suka menafsirkan seenakmu sendiri, apapun itu.
Terbang ke Madura (berlayar aja ding), Sumenep tepatnya. Sapaan yang sama juga terjadi di Madura, namun di Madura lebih tragis lagi, setiap tamu yang datang dan, misalnya bilang, “buah kelapamu banyak ya?” Maka sang pemilik rumah akan segera memetik kelapa buat tamunya. Padahal tamu itu tidak minta, hanya karena kekaguman akan tanaman yang banyak buahnya itu. Orang Madura yang senang menjamu tamu, mereka akan menghidangkan makanan, mereka akan mencari makanan demi menyenangkan si tamu. Lalu ketika tawaran makan ditolak si tamu, hati mereka akan sedih, mereka berpikir makanan yang mereka hidangkan tidak enak. Pesan moralnya adalah : Seperti halnya mereka telah menghormatimu, maka hargailah juga orang lain.
Demikian juga tentang Banjar, Kalimantan yang memiliki adat gelang perdamaian/persahabatan. Ah yang ini aku kurang begitu jelas mendengarnya. Lain kali tanya lagi kalau ada waktu ketemu Maulida Azizah.
Kaya ya Indonesia itu?