Sunday, September 20, 2015

#KAMPUSFIKSI 13 (3, HABIS) : Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri Jogja



Hari Sabtu 29 Agustus 2015 sampai dengan Minggu, 30 Agustus 2015 #KampusFiksi penuh dengan kegiatan pencarian dan penggalian serta pelatihan juga pengasahan ilmu tentang kepenulisan. Mulai dari tips menulis hingga keredaksian. Mulai dari EYD hingga marketing. Semua dikupas, dibedah, dibahas dalam gedung #KampusFiksi yang megah ini.
Diawali sejak pagi nan ceria, mentor Nisrina Lubis menelanjangi para peserta agar mengungkapkan apa passion penulisannya dan tema apa yang menjadi kegemarannya. Lalu ditulislah oleh semua peserta sebuah tema yang nanti siang akan dieksekusi dalam sebuah cerpen.
Dilanjutkan oleh Rektor #KampusFiksi, Edi Akhiles – yang sebelumnya saya menduga tentang nama Akhiles ini adalah salah satu nama dalam tokoh film favoritku sampai saat ini yaitu film Troy, dimana tokoh Akhiles diperankan oleh Brad Pit, yang menginspirasi terciptanya kuda Troy dalam strategi perang Yunani. Ternyata dugaanku ini nyaris menemui kebenaran ketika membaca salah satu bukunya yang memberikan dalil dari kisah film Troy.
Pak Edi memberikan pencerahan tentang dasar-dasar kepenulisan yang detail, seperti :
  1. Pengetahuan seorang penulis itu harus luber sebelum memulai tulisan, hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan data yang mengakibatkan tulisan nampak dangkal
  2. Menulis itu membutuhkan imajinasi, bukan sekedar khayalan. Beda imajinasi dan khayalan adalah kalau imajinasi itu membuat dunia imajiner menjadi terlihat nyata. Contohnya, dunia fiktif Harry Potter, begitu nampak nyata meski itu tidak pernah ada.
  3. Menulis fiksi itu harus ditopang dengan teknik, imajinasi dan estetika kepenulisan.
Itu tiga diantara banyak ilmu tingkat tinggi yang dibeberkan dalam #KampusFiksi ini hingga mencapai klimaks dan membuat ending yang hot dan menggelora. (Opoo kuwi?)
Penjelajahan ilmu-ilmu menulis dilanjutkan oleh kru #KampusFiksi dan DivaPress yang kami panggil dengan Mbak Najjah, beliau ini membeberkan tentang follow up setelah kita selesai menulis, yaitu self editing atau mengedit sendiri tulisan yang telah kita buat. Apa saja yang harus diedit. Yang dilanjutkan dengan menulis cerpen dengan waktu maksimal 3 jam dengan tema yang tadi telah peserta utarakan diawal waktu.
Malam menjelang. Peserta yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok dikumpulkan oleh mentor masing-masing kelompok. Salah satu mentor adalah Pratiwi Utami yang biasa kita sebut Mbak Tiwi mengevaluasi kelompokku yang berisi, Bening, Amin Sahri, Devi dan Fariha. Di sini kembali ku pungut ilmu tentang tata bahasa bahwa kata tanya dalam kalimat iutu tidak perlu dipakai. Misalnya : Entah siapa, entah apa. Entah itu masuk dalam kata tanya, jadi dibuang saja jika terdapat dalam kalimat. Kemudian penulisan judul buku menggunakan font italic. Dan beberapa ilmu tata bahasa Indonesia yang lainnya.
Malam mulai larut, pertemuan hari pertama diakhiri dengan comedi show, eh bukan ding, stand up comedi? Bukan juga, tapi curhatan kesuksesan para alumni #KampusFiksi terdahulu yang sudah mengerami naskah-naskahnya dengan baik.
Hari kedua pagi-pagi  kegiatan diawali oleh Mbak Munal yang mengupas tuntas tentang keredaksian. Perempuan lincah ini memberitahu bagaimana ketentuan naskah yang diterima oleh penerbit Divapress itu dan bagaimana tata letak pengetikan dan pengirimannya.
  1. Tentang naskah fiksi harus disertai dengan sinopsis yang terpisah dari file draft naskah.
  2. Naskah sastra sebanyak 250 – 400 halaman A4, naskah teenlit 120 – 180 halaman A4.
  3. Margin 4-4-3-3, spasi 2, font TNR 12.
  4. Naskah nonfiksi disertai daftar isi, keunggulan naskah dengan banyak halaman 150 – 250 A4.
  5. Naskah anak sebanyak 50 halaman A4.
  6. Untuk naskah-naskah tersebut bisa dikirim melalui pos atau email.
Selain itu juga dibahas tentang sistem kontrak dan royalti untuk penulis. Penerbit Divapress juga menerima naskah resensi buku Divapress yang dimuat di media massa. Penulis resensi akan mendapat reward dari Divapress, yaitu bukan umroh gratis atau naik haji. :-D
Selanjutnya dengan diselingi ngopi dan ngemil, pelajaran dilanjutkan tentang kurikulum Marketing oleh tim marketing Divapress yang sudah berpengalaman menjadi marketing di Trans media. Beliau, Mas Indra Gunawan mengutarakan bermacam-macam teknik marketing, mulai yang umum sampai rahasia.
Setelah itu datanglah bintang tamu keren, gokil dan sang pengamal puasa Daud yaitu Bang Joni Ariadinata mengisi ruang kelas dengan begitu super hingga tak ada satu catatan pun yang mampu kutulis. Bukan karena tidak ada, tapi karena pesan yang kutangkap dalam ceritanya begitu banyak dan padat. Beliau bicara out of the box. Beliau bercerita, namun di dalam cerita itu banyak pesan yang disisipkan, mulai tentang tips menulis sampai pesan moral.
Satu yang selalu kuingat dan bahasanya kuolah sendiri adalah bahwa menulis yang mencerahkan itu tidak harus menjadi “ustadz” dengan berbagai macam dalil yang “ndakik-ndakik”. Atau untuk mengajak orang menjauhi maksiat tidak harus menjadi ustadz yang kini menjamur berlabel ustadz artis. Mana bisa? Bisa saja. Contoh cerpen bang Joni yang menjadi karya terbaik Kompas yang menceritakan sebuah kamar di sebuah lokalisasi dengan begitu detail. Tulisan itu hanya menceritakan sebuah kamar dengan segala yang ada di dalamnya yang jika dirasa begitu “menjijikkan”. Hal itu membuat salah seorang yang hobi memasuki kamar itu untuk melepas hasratnya menjadi enggan dan menjauh dari tempat tersebut.
Semester terakhir dari kuliah ini diakhiri dengan pelajaran yang saya sebut sebagai jurus pamungkas oleh editor Divapress, Mbak Rina. Sehabis itu, foto-foto, penerimaan ijazah dan souvenir plus oleh-oleh berupa 56 buku gratis dari Divapress.
Banyak yang bilang, ada pertemuan pasti ada perpisahan. Namun perpisahan di sini tidak diisi dengan banjir air mata, tapi banjir tawa, karena ditampilkan candid camera dengan wajah-wajah lucu dan pose-pose seronok (Hah? Ngapusi) para peserta #KampusFiksi.
Peserta kemudian ada yang langsung pulang kembali ke belantara dunia masing-masing ada yang menunggu hingga esok tiba. Bersama Iken Widya, Riza Chanifa dan suaminya, aku diantar kru Divapress, Mas Kiki menuju stasiun Tugu pagi harinya. Kami menuju solo dengan menguasai 1 gerbong penuh setelah berjalan tertatih-tatih dan terseok-seok memutari Stasiun Tugu karena salah loket.

I will miss u #KampusFiksi, I’ll miss u Jogja...

No comments: