Hari Sabtu 29 Agustus 2015 sampai
dengan Minggu, 30 Agustus 2015 #KampusFiksi penuh dengan kegiatan pencarian dan
penggalian serta pelatihan juga pengasahan ilmu tentang kepenulisan. Mulai dari
tips menulis hingga keredaksian. Mulai dari EYD hingga marketing. Semua
dikupas, dibedah, dibahas dalam gedung #KampusFiksi yang megah ini.
Diawali sejak pagi nan ceria, mentor
Nisrina Lubis menelanjangi para peserta agar mengungkapkan apa passion penulisannya
dan tema apa yang menjadi kegemarannya. Lalu ditulislah oleh semua peserta
sebuah tema yang nanti siang akan dieksekusi dalam sebuah cerpen.
Dilanjutkan oleh Rektor #KampusFiksi,
Edi Akhiles – yang sebelumnya saya menduga tentang nama Akhiles ini adalah
salah satu nama dalam tokoh film favoritku sampai saat ini yaitu film Troy,
dimana tokoh Akhiles diperankan oleh Brad Pit, yang menginspirasi terciptanya
kuda Troy dalam strategi perang Yunani. Ternyata dugaanku ini nyaris menemui
kebenaran ketika membaca salah satu bukunya yang memberikan dalil dari kisah
film Troy.
Pak Edi memberikan pencerahan tentang
dasar-dasar kepenulisan yang detail, seperti :
- Pengetahuan seorang penulis itu harus luber sebelum memulai tulisan, hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan data yang mengakibatkan tulisan nampak dangkal
- Menulis itu membutuhkan imajinasi, bukan sekedar khayalan. Beda imajinasi dan khayalan adalah kalau imajinasi itu membuat dunia imajiner menjadi terlihat nyata. Contohnya, dunia fiktif Harry Potter, begitu nampak nyata meski itu tidak pernah ada.
- Menulis fiksi itu harus ditopang dengan teknik, imajinasi dan estetika kepenulisan.
Itu tiga diantara banyak ilmu tingkat
tinggi yang dibeberkan dalam #KampusFiksi ini hingga mencapai klimaks dan
membuat ending yang hot dan menggelora. (Opoo kuwi?)
Penjelajahan ilmu-ilmu menulis
dilanjutkan oleh kru #KampusFiksi dan DivaPress yang kami panggil dengan Mbak
Najjah, beliau ini membeberkan tentang follow up setelah kita selesai menulis,
yaitu self editing atau mengedit sendiri tulisan yang telah kita buat. Apa saja
yang harus diedit. Yang dilanjutkan dengan menulis cerpen dengan waktu maksimal
3 jam dengan tema yang tadi telah peserta utarakan diawal waktu.
Malam menjelang. Peserta yang telah
dibagi menjadi beberapa kelompok dikumpulkan oleh mentor masing-masing
kelompok. Salah satu mentor adalah Pratiwi Utami yang biasa kita sebut Mbak
Tiwi mengevaluasi kelompokku yang berisi, Bening, Amin Sahri, Devi dan Fariha.
Di sini kembali ku pungut ilmu tentang tata bahasa bahwa kata tanya dalam
kalimat iutu tidak perlu dipakai. Misalnya : Entah siapa, entah apa. Entah itu
masuk dalam kata tanya, jadi dibuang saja jika terdapat dalam kalimat. Kemudian
penulisan judul buku menggunakan font italic. Dan beberapa ilmu tata bahasa
Indonesia yang lainnya.
Malam mulai larut, pertemuan hari
pertama diakhiri dengan comedi show, eh bukan ding, stand up comedi? Bukan
juga, tapi curhatan kesuksesan para alumni #KampusFiksi terdahulu yang sudah mengerami
naskah-naskahnya dengan baik.
Hari kedua pagi-pagi kegiatan diawali oleh Mbak Munal yang
mengupas tuntas tentang keredaksian. Perempuan lincah ini memberitahu bagaimana
ketentuan naskah yang diterima oleh penerbit Divapress itu dan bagaimana tata
letak pengetikan dan pengirimannya.
- Tentang naskah fiksi harus disertai dengan sinopsis yang terpisah dari file draft naskah.
- Naskah sastra sebanyak 250 – 400 halaman A4, naskah teenlit 120 – 180 halaman A4.
- Margin 4-4-3-3, spasi 2, font TNR 12.
- Naskah nonfiksi disertai daftar isi, keunggulan naskah dengan banyak halaman 150 – 250 A4.
- Naskah anak sebanyak 50 halaman A4.
- Untuk naskah-naskah tersebut bisa dikirim melalui pos atau email.
Selain itu juga dibahas tentang
sistem kontrak dan royalti untuk penulis. Penerbit Divapress juga menerima naskah
resensi buku Divapress yang dimuat di media massa. Penulis resensi akan
mendapat reward dari Divapress, yaitu bukan umroh gratis atau naik haji. :-D
Selanjutnya dengan diselingi ngopi
dan ngemil, pelajaran dilanjutkan tentang kurikulum Marketing oleh tim
marketing Divapress yang sudah berpengalaman menjadi marketing di Trans media.
Beliau, Mas Indra Gunawan mengutarakan bermacam-macam teknik marketing, mulai
yang umum sampai rahasia.
Setelah itu datanglah bintang tamu
keren, gokil dan sang pengamal puasa Daud yaitu Bang Joni Ariadinata mengisi
ruang kelas dengan begitu super hingga tak ada satu catatan pun yang mampu
kutulis. Bukan karena tidak ada, tapi karena pesan yang kutangkap dalam
ceritanya begitu banyak dan padat. Beliau bicara out of the box. Beliau
bercerita, namun di dalam cerita itu banyak pesan yang disisipkan, mulai
tentang tips menulis sampai pesan moral.
Satu yang selalu kuingat dan
bahasanya kuolah sendiri adalah bahwa menulis yang mencerahkan itu tidak harus
menjadi “ustadz” dengan berbagai macam dalil yang “ndakik-ndakik”. Atau untuk
mengajak orang menjauhi maksiat tidak harus menjadi ustadz yang kini menjamur
berlabel ustadz artis. Mana bisa? Bisa saja. Contoh cerpen bang Joni yang
menjadi karya terbaik Kompas yang menceritakan sebuah kamar di sebuah
lokalisasi dengan begitu detail. Tulisan itu hanya menceritakan sebuah kamar
dengan segala yang ada di dalamnya yang jika dirasa begitu “menjijikkan”. Hal
itu membuat salah seorang yang hobi memasuki kamar itu untuk melepas hasratnya
menjadi enggan dan menjauh dari tempat tersebut.
Semester terakhir dari kuliah ini
diakhiri dengan pelajaran yang saya sebut sebagai jurus pamungkas oleh editor
Divapress, Mbak Rina. Sehabis itu, foto-foto, penerimaan ijazah dan souvenir
plus oleh-oleh berupa 56 buku gratis dari Divapress.
Banyak yang bilang, ada pertemuan
pasti ada perpisahan. Namun perpisahan di sini tidak diisi dengan banjir air
mata, tapi banjir tawa, karena ditampilkan candid camera dengan wajah-wajah
lucu dan pose-pose seronok (Hah? Ngapusi) para peserta #KampusFiksi.
Peserta kemudian ada yang langsung
pulang kembali ke belantara dunia masing-masing ada yang menunggu hingga esok
tiba. Bersama Iken Widya, Riza Chanifa dan suaminya, aku diantar kru Divapress,
Mas Kiki menuju stasiun Tugu pagi harinya. Kami menuju solo dengan menguasai 1
gerbong penuh setelah berjalan tertatih-tatih dan terseok-seok memutari Stasiun
Tugu karena salah loket.
I will miss u #KampusFiksi, I’ll miss
u Jogja...
No comments:
Post a Comment