Dimuat di Solopos, April 2016
Siang itu Jon Koplo yang berprofesi
sebagai seorang guru di sebuah sekolah di Purwantoro, daerah timur Wonogiri baru
saja selesai dari seminar di sebuah hotel di Solo. Karena ia tidak membawa
kendaraan sendiri, Jon Koplo harus menumpang bis yang menuju Wonogiri timur.
Padahal saat menunggu bis di emperan toko, hujan sudah turun.
Dengan wajah yang kuyu karena lelah
mengikuti seminar sejak pagi, dan harus kena tempias hujan, Jon Koplo melamun
membayangkan kalau saja ia punya mobil pribadi setelah melihat mobil-mobil yang
berlalu lalang di depannya.
“Wah enak tenan kalau punya
mobil sendiri, hujan tidak kehujanan. Panas tidak kepanasan.” Jon Koplo
menggumam sendirian.
Lamunan indahnya itu segera lenyap
saat bis datang. Buru-buru Jon Koplo naik ke dalam bis agar segera duduk dan
tidak kehujanan lagi. Begitu ada kursi kosong, ia langsung saja menghempaskan
pantatnya dengan helaan napas lega. Padahal tadi ia khawatir tidak dapat tempat
duduk.
Dan kelegaannya bertambah
berlipat-lipat saat disadarinya ia ternyata satu tempat duduk dengan seorang
perempuan yang dilihatnya begitu cantik.
“Wah, pahala itu didapat sesuai
amal perbuatannya,” pikirnya sambil mesam-mesem sendiri.
Untungnya lagi, setelah bergelut
dengan pikirannya tentang bagaimana cara mengawali obrolan dengan perempuan di
sebelahnya itu, Jon Koplo akhirnya ia bisa berkenalan, sebut saja namanya Lady
Cempluk.
Jon Koplo sangat bahagia saat itu,
lupa akan kesedihannya mengikuti seminar yang baginya membosankan dan harus
menunggu bis di emperan toko diiringi tempias hujan.
Obrolan pun mengalir diselingi tawa
Koplo yang sebenarnya tidak enak di dengar. Bis yang sudah sampai kota Wonogiri
pun tidak disadari oleh Koplo yang sedang asyik dengan kenalan barunya. Ia juga
bercerita dengan bangga kalau ia adalah seorang guru yang sudah sertifikasi.
Sementara Lady Cempluk menimpalinya dan membuat membumbung hati Jon Koplo.
Obrolan Jon Koplo yang pada awalnya
rikuh, menjadi cair sebab Lady Cempluk juga membuka hati untuk sebuah obrolan.
Sampai pada akhirnya tema obrolan Jon Koplo habis, hanya diam diantara mereka.
Tapi itu tak membuat sedih Jon Koplo karena bersebelahan dengan perempuan
cantik.
Bis pun melaju, sesekali kondektur
bis berteriak-teriak, “Praci, Pracimantoro!”
Jon Koplo pun kaget, bukannya
apa-apa. Daerah Pracimantoro adalah daerah di Wonogiri sebelah selatan, dan
seharusnya Jon Koplo naik bis jurusan Purwantoro, daerah Wonogiri sebelah
timur.
“Mbak, bukannya bis ini menuju
Purwantoro?” tanya Jon Koplo dengan muka pucat pasi.
Lady Cempluk yang ditanya senyum
menahan tawa melihat muka bingung Jon Koplo, “Mas Jon tidak dengar sejak di
Solo tadi, kondektur selalu teriak-teriak Pracimantoro?”
Sontak Jon Koplo berdiri dan berlari
menuju pintu keluar, “Pak, pak.. berhenti. Saya turun di sini!”
Tom Gembus yang jadi kondektur
bingung, “Lho, tadi bayarnya sampai Praci.”
“Tidak pak, saya mau ke Purwantoro.”
“Oh, duduk sama cewek cantik, jadi
salah arah ya.” Tom Gembus tertawa sambil mempersilahkan Jon Koplo turun dari
bis.
Padahal bis, telah jauh menuju ke
selatan.
Wonogiri,
6 Maret 2016 17.15 WIB
DANANG
FEBRIANSYAH
Bendo
RT. 002 RW. 002, Ds. Ngaglik, Kec. Bulukerto, Kab. Wonogiri, 57697
No comments:
Post a Comment