Saturday, December 28, 2019

Tulisan Ringan yang Dimuat di Koran Merapi Jogja


Berikut beberapa tulisan ringan saya yang pernah dimuat di Koran Merapi Jogja. Mungkin bisa jadi referensi menulis pengalaman sederhana untuk dikirim ke Koran Merapi. Sebab tulisan ringan seperti ini juga dihargai berupa honor. 
Belum semua tulisan ringan saya yang pernah dimuat di Koran Merapi saya tuangkan di blog ini. Ini hanya beberapa saja, karena tiba-tiba saja honor datang ke rumah tanpa saya tahu tulisan mana yang dimuat. 
Menarik, kan menulis itu? Meski sederhana, tapi tidak ada salahnya dicoba. Untuk tulisan seperti ini, saya kira siapapun bisa bisa. Semoga bermanfaat.

PJSK (Pengamen Jalanan Satu Keluarga)
Danang Febriansyah

            Pengamen jalanan, ada di setiap daerah di Indonesia. Tapi di sebuah desa di Wonogiri, ada pengamen jalanan yang terdiri dari satu keluarga, dari orang tua hingga anak-anaknya. Anaknya pun tidak hanya satu, tapi lebih dari lima orang. Yang paling kecil masih sekitar usia anak TK hingga awal SD, juga ikut mengamen.
            Seluruh anak-anaknya tersebut tidak sekolah. Bukannya tidak mampu, tapi tidak mau sekolah meski sudah dibujuk tetangga-tetangganya.
            Jika sedang mengamen, dari pasar ke pasar, selalu berombongan. Minimal lima orang bersaudara, termasuk yang paling kecil. Kadang lebih, beserta bapaknya yang bertugas meminta uang pada pedagang di pasar.
            Mereka bahkan membuat kaos sebagai seragam. Di bagian punggung kaos ditulis “PJSK. Pengamen Jalanan Satu Keluarga”, sedang di bagian depan kaos ditulis nama-nama masing-masing keluarga.


***


GENDAR PECEL RASA TOILET
 Danang Febriansyah

            Sarapan yang dirasakan teman saya ini sungguh ajaib. Ia membeli gendar pecel untuk menu sarapan suami dan anaknya. Sebagai istri, ia merasa itu adalah sebuah kewajiban, di samping untuk sarapan dirinya sendiri.
Iapun melajukan motornya menuju warung langganan, karena tutup ia berpindah di warung lain dan membeli tiga bungkus gendar pecel. Sesampainya di rumah, ia menyiapkan menu tersebut untuk suami dan anaknya. Ia sendiri juga langsung menyantap menu itu.
Malang, ia mencium aroma kotoran di sela makannya. Ia mengendus ke sana ke sini. Dan ditemukan sepucuk kotoran manusia yang telah berlumur sambal pecel. Ia benar terjadi dan menjadi sarapan yang maling menjijikkan sepanjang hidupnya.

***

Bule di Dalam Pasar Tradisional


Minggu, 6 Oktober 2019, pasar tradisional Puhpelem, Wonogiri heboh. Bukan hanya karena ramai pengunjung, tapi ada warga negara asing berkunjung ke dalam pasar. Para penjual ramai menunjuk dan tertawa, juga berdecak melihat dari dekat seorang warga negara asing. Beberapa berswafoto dengannya. Apalagi banyak penjual yang barang dagangannya dibeli olehnya. Maka kebahagiaan terpancar dari para penjual seperti mendapat hiburan lebih. Komunikasi pun banyak menggunakan bahasa tubuh. Beberapa diterjemahkan oleh seorang wanita berkulit hitam manis di dekatnya.
Pun seorang penjual tembakau, barang dagangannya berupa tembakau dibeli oleh warga negara asing itu senilai Rp. 20.000. Seorang penjual buku meski sedikit bisa berbahasa Inggris tak lepas juga didekatinya untuk mencari buku berbahasa Inggris.
Setelah sang bule dan perempuan di dekatnya berjalan meninggalkan kios tembakau, Mbah penjual tembakau bertanya agak kencang pada penjual di sekitarnya. Membuat pandangan beberapa orang tertuju pada mbah tersebut.
“Itu perempuan di dekatnya, pembantunya, ya?”
“Itu istrinya, Mbah. Istrinya,” jawab penjual buku perlahan.

***

JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN
Danang Febriansyah

            Pesan “Buang Sampah Pada Tempatnya” sudah sering kita dengar. Akan tetapi banyak orang yang tidak peduli dan buang sampah sembarang tempat, meski itu orang yang sudah dewasa.
            Berbeda dengan seorang anak kecil kelas 2 SD di Bulukerto, Wonogiri. Ia selalu menyimpan sampah bekas snack dahulu di sakunya atau di bagasi motor ayahnya jika belum menemukan tempat sampah. Ia akan membuangnya jika sudah menemukan tempat sampah.
            Kalaupun ia terpaksa membuang sampah sembarang tempat, misal sampah basah, ia akan meletakkan sampah itu perlahan, bukan melemparnya dengan perasaan menyesal tidak membuang sampah di dalam tempat sampah. Ia meletakkan sampah itu sambil mengucap basmalah lebih dulu. Kemudian ia berkata, “Maafkan aku ya Allah, buang sampah sembarangan.” Padahal orang tuanya tidak mengajari kalimat itu.

No comments: