Sunday, November 29, 2015

AKU DAN FLP

Tahun 2005 saya sering melihat dan memiliki beberapa buku-buku karya FLP. Saya kemudian tertarik untuk masuk FLP tapi tidak tahu caranya. Sampai Desember 2005 saya melihat iklan kecil di koran Solopos bahwa FLP Solo mengadakan seminar di Fakultas Sastra UNS. "Ini kesempatan," batinku. Tujuan awal saya ingin bergabung di FLP adalah ingin bisa menulis cerita. Maka akhir Desember 2005, saya meluncur dengan motor dari Wonogiri ke UNS untuk acara itu, kurang lebih 2 jam perjalanan. Di situlah saya pertama kali mengenal FLP. Ada narasumber Habiburrahman Al Shirazy dan Prie GS. Di sana saya kemudian mendaftar jadi anggota FLP.
Pulangnya saya kecelakaan, motor menabrak mobil pejabat yang berhenti mendadak di tengah jalan waktu hujan, bekas jahitan luka saya sampai sekarang masih ada. Tapi itu tak menyurutkan jalan saya untuk gabung FLP. Awal Januari 2006, saat sore hari saya menghadiri launching Pelat Pulpen 3 di Goro Assalam dengan pembicara Langit Kresna Hariadi. Juga bermotor. Pulangnya hujan dari solo sampai rumah di Wonogiri sangat deras. Tak peduli, harus pulang petang itu, tak ada tempat menginap.
Setelah itu, mulai Januari sampai April, tiap minggu Pelat Pulpen 3 digelar di Pesantren Mahasiswa Arroyan, dekat UNS, peserta kalau nggak salah sekitar 60 orang. Setahu saya, hanya Ranu Muda saja yang sudah tahu tentang ilmu kepenulisan, lainnya setahu saya masih nol saat masuk FLP, termasuk saya.
Tiap minggu bermotor 2x2 jam perjalanan berangkat dan kembali pulang tetap terjadi, karena itu satu-satunya cara agar saya lulus menjadi anggota FLP. Padahal itu bulan-bulan hujan, saya tak peduli dan tidak trauma dengan kecelakaan saat awal mengenal FLP. Dari FLP bahan bacaan (buku) saya mulai bertambah. Dengan mentor Mbak Izzatul Jannah, Mbak Rian, Mas Furqon (ketua FLP Solo saat itu, juga salah satu pemeran dalam film Ayat-ayat Cinta), Mas Aris Adenata, Mbak Deasylawati (novelnya saat itu Quraisy Terakhir jadi juara di Tiga Serangkai), saya jadi tahu seperti apa menulis yang baik dan benar itu.
Dan April 2006, sertifikat lulus Pelat Pulpen 3 saya genggam, saya lulus jadi anggota FLP Solo. Kini peserta pelat pulpen 3 itu yang kadang masih berkomunikasi hanya Ranu, lainnya saya tidak tahu. Semoga makin sukses dan berkah. Perasaan meledak bahagia saat hasil dari pelat pulpen, yaitu tulisanku dimuat di Solopos untuk pertama kalinya pada Agustus 2006. Sayangnya (menurutku) follow up setelah itu kurang greget, karya peserta sebagian hanya dibahas saja. Tak ada yang coba dibukukan. Hanya satu tulisan saya yang diikutkan sayembara dan masuk di Antologi Cerpen Joglo 4. Setelah itu, tak tahu harus bagaimana lagi. Dan semakin lama, sayapun hilang kontak dengan FLP, sampai tahun 2012/2013 saya lihat FLP Solo di FB.
Pelat Pulpen Reformasi, yang saya lihat. Ternyata banyak sekali peserta yang telah mengenal dunia kepenulisan sebelumnya, bahkan memiliki karya yang sudah malang melintang di media massa. Lebih hebat lagi sudah memiliki buku. Ada yang antologi dan ada yang dengan nama pribadi. Dan ada yang mengelola web pemerintah. Dahsyat! Saya jadi minder dengan mereka, tulisan masih belum banyak, dimuat di media baru segelintir. Tapi saya ingin terus belajar pada siapapun hingga bisa bermanfaat. Seperti tagline FLP "Berbakti, Berkarya, Berarti."
Kecintaan pada dunia menulis semoga tetap istiqomah. Semoga follow up dari Pelat Pulpen reformasi ini lebih banyak memfasilitasi semua anggota, sehingga semangat anggota terus tumbuh hingga bisa mandirid dan berkarya lebih baik lagi.
Maaf jika ada kalimat yang kurang berkenan. Wallahu'alam bishowab.

No comments: